Minggu, 15 Desember 2013

Osteoporosis

Skenario B Blok 21 Tahun 2013
Ny.Tuti,70 tahun, dibawa ke IGD RSMH karena panggul kiri terasa nyeri setelah jatuh terduduk di kamar mandi. Ny.Tuti sudah menopause sejak usia 50 tahun. Sehari-hari Ny.Tuti bekerja sebagai tukang jahit di rumahnya. Sejak kecil Ny.Tuti mengaku tidak suka, minum susu dan jarang berolahraga. Ny. Tuti pernah memeriksakan kakinya ketika berjalan-jalan di sebuah pusat perbelanjaan. Dari pemeriksaan tersebut didapatkan kepadatan tulangnya, t score = -2,8.
Dari pemeriksaan di IGD didapatkan punggung Ny.Tuti bungkuk, BB 46 kg, TB 160 cm, dan tungkai kiri lebih pendek dari tungkai kanan. Dari pemeriksaan x-ray tulang belakang didapatkan khyposis dengan fraktur kompresi pada vertebra L1-L3 dan dari x-ray pelvis didapatkan fraktur pada collum femoris sinistra. Ny.Tuti merasa heran karena sebelum menopause tingi badannya 164 cm. 

Hipotesis : Ny. Tuti 70 tahun mengalami suspect osteoporosis berat dengan fraktur collum femoris sinistra

Remodelling Tulang
Meskipun tulang seperti benda mati namun konstituennya secara terus menerus diperbaharui.Pengendapan tulang ( pembentukan ) dan Resorpsi tulang (pengeluaran) dalam keadaan normal berlangsung bersamaan sehingga tulang secara terus menerus mengalami remodelling.Melalui remodelling tulang manusia dewasa diganti seleruhnya setiap 10 tahun .Remodelling tulang memiliki dua tujuan : 1).menjaga tulang agar tetap efektif dalam fungsi mekanisnya.2).membantu mempertahankan kadar kalsium.
Tulang terdiri dari 3 sel tulang :
1.      Osteoblas : mengeluarkan matrix organik ekstrasel tempat mengendapnya kristal Ca3(PO4)2.
2.      Osteosit : “pensiunan” osteoblas yang terperangkap dinding bertulang yang diendapkannya sendiri
3.      Osteoklas : menyerap tulang sekitar dengan mengeluarkan asam yang melarutkan kristal Ca3(PO4)2
Osteoblas dan Osteoklas berasal dari sumsum tulang.Osteoblas berasal dari sel stroma,sejenis sel jaringan ikat di sumsum tulang,sedangkan osteoklas berdiferensiasi dari makrofag,yaitu turunan monosit.Dalam suatu komunikasi yang unik,osteoblas dan prekursor-prekorsor imaturnya menghasilkan dua sinyak kimiawi yang mengatur perkembangan dan aktivitas osteoklas dalam cara yang berlawanan. Ligan RANK dan Osteoprotegenerin.
·         Ligan RANK (RANKL)
Meningkatkan aktifitas osteoklas.(Ligan adalah molekul kecil yang berikatan dengan molekul protein yang lebih besar).seperti yang diisyaratkan dengan namanya,ligan RANK berikatan dengan RANK,suatu reseptor dipermukaan membran makrofag sekitar.pengikatan ini memicu makrofag untuk berdeferensiasi menjadi osteoklas dan membantunya hidup lebih lama dengan menekan apoptosis.Akibatnya resorpsi tulang ditingkatkan dan masa tulang berkurang
·         Osteoprotegerin (OPG)
Sebaliknya,menekan perkembangan dan aktivitas osteoklas.OPG disekresikan ke dalam matrix dan berfungsi sebagai reseptor pengecoh yang berikatan dengan RANKL.OPG mencegah RANKL mengaktifkan aktivitas osteoklas merepsorpsi tulang.Akibatnya osteoblas penghasil tulang mengalahkan osteoklas penyerapan tulang sehingga masa tulang bertambah.Sebagai contoh,hormon seks wanita merangsang aktivitas gen penghasil OPG diosteoblas,yaitu salah satu mekanisme yang digunakaan oleh hormon ini mempertahankan masa tulang.

Proses Remodeling Tulang
Representasi skematik proses remodeling tulang. Remodeling tulang diawali ketika beraneka input mengomandani aktifasi lining cells, yang meningkatkan pengekspresian permukaan dari RANKL. RANKL berinteraksi dengan reseptornya RANK (receptor activator of nuclear κB) dus memicu diferensiasi osteoklas (fase aktifasi). Sel-sel osteoklas menyerap tulang (fase resorpsi) dus memungkinkannya pelepasan faktor-faktor yang biasanya tersimpan dalam matriks tulang (BMPs, TGFβ, FGFs) yang merekrut sel-sel osteoblas pada daerah yang direabsorpsi. Sekalinya direkrut, sel-sel osteoblas memroduksi matriks tulang baru, dan mendorong mineralisasinya (fase pembentukan), dus menyelesaikan proses remodeling tulang (Pre-OCLs = pre-osteoclasts; OCL = osteoclast; OBLs = osteoblasts).

   
Fase Aktifasi
Masukan-masukan berbeda, seperti misalnya semacam fraktur mikro, adanya semacam perubahan dalam pembebanan mekanik yang terasakan oleh sel-sel osteosit atau beberapa faktor yang dilepaskan dalam lingkungan mikro tulang, termasuk insulin growth factor-I(IGF-I), tumor necrosis factor- α (TNF- α), hormon paratiroid (PTH) dan interleukin-6 (IL-6), mengaktifasi the lining cells yang merupakan sel-sel osteblas yang tenang. Sebagai konsekuensinya, lining cells, meningkatkan pengekspresian RANKL (receptor activator of nuclear κB ligand) pada permukaan selnya, yang pada gilirannya berinteraksi dengan reseptornya yaitu RANK (receptor activator of nuclear κB), yang diekspres oleh sel-sel pra-osteoklas. Interaksi RANKL/RANK memicu fusi sel-sel pra-osteoklas dan diferensiasinya mengarah ke sel-sel osteoklas berinti banyak.

Fase Resorpsi
Sekali berdiferensiasi, sel-sel osteoklas berpolarisasi, menempel ke permukaan tulang dan mulai menyerap (dissolve) tulang. Fungsi ini membutuhkan dua langkah: i) asidifikasi matriks tulang untuk dissolve komponen anorganik, dan ii) melepaskan enzim-enzim lizosom seperti misalnya kathepsin K, dan MMP9, keduanya bertugas untuk pendegradasian komponen organik tulang. Sekali mereka menyelesaikan fungsinya, sel-sel osteoklas menjalani apoptosis. Hal ini merupakan konsekuensi fisiologis yang diperlukan guna mencegah suatu penyerapan tulang berlebih.

Fase Membalik (reverse)
Sel-sel yang membalik proses (the reverse cells), yang perannya belum sepenuhnya jelas, menjalankan fase ini. Memang sesungguhnyalah bahwa mereka dikenal sebagai sel-sel mirip makrofag (macrophage-like cells) yang kemungkinan fungsinya adalah membuang produksi debris selama degradasi matriks.

Fase Formasi
Penyerapan matriks tulang mengawali lepasnya banyak faktor pertumbuhan herein tersimpan, meliputi bone morphogenetic proteins (BMPs), fibroblast growth factors (FGFs) dan transforming growth factor β (TGF β), yang kemungkinan bertanggung jawab untuk perekrutan sel-sel osteoblas dalam daerah yang di-reabsorb. Sekali direkrut, sel-sel osteoblas menghasilkan matriks tulang baru, yang awalnya tidak terkalsifikasi (osteoid) dan kemudian mereka mendorong mineralisasinya, sehingga menyempurnakan proses remodeling. Ketidakseimbangan antara fase-fase penyerapan dengan fase pembentukan mencerminkan suatu remodeling tulang yang tidak benar, yang pada gilirannya memengaruhi massa tulang, alhasil mengawali ke pada kondisi patologis.

Patogenesis
Patogenesis utama dari osteoporosis meliputi: (a) kegagalan untuk mencapai kerangka kekuatan optimal selama pertumbuhan dan perkembangan, (b) resorpsi tulang yang berlebihan yang mengakibatkan hilangnya massa tulang dan gangguan arsitektur, dan (c ) kegagalan untuk menggantikan tulang yang hilang akibat cacat dalam pembentukan tulang.
a. Patogenesis Osteoporosis Tipe 1
Setelah menopause, maka resorpsi tulang akan meningkat, terutama pada dekade awal setelah menopause, sehingga insiden fraktur, terutama fraktur vertebra dan radius distal meningkat. Penurunan densitas tulang terutama pada tulang trabecular, karena memiliki permukaan yang luas dan hal ini dapat dicegah dengan terapi sulih estrogen. Petanda resorpsi tulang dan formasi tulang, keduanya meningkat menunjukkan adanya peningkatan bone turnover.
Estrogen juga berperan menurunkan produksi berbagai sitokin oleh bone marrow stromal cells dan sel-sel mononuclear, seperti IL-1, IL-6, dan TNF-α yang berperan meningkatkan produksi berbagai sitokin tersebut, sehingga aktivitas osteoklas meningkat.
Selain peningkatan aktivitas osteoklas, menopause juga menurunkan absorpsi kalsium di usus dan meningkatkan ekskresi kalsium di ginjal. Selain itu, menopause juga menurunkan sintesis berbagai protein yang membawa 1,25(OH)2D, sehingga pemberian estrogen akan meningkatkan 1,25(OH)2D di dalam plasma. Tetapi pemberian estrogen transdermal tidak akan meningkatkan sintesis protein tersebut, karena estrogen transdermal tidak diangkut melewati hati. Walaupun demikian, estrogen transdermal tetap dapat meningkatkan absorbsi kalsium di usus secara langsung tanpa dipengaruhi vitamin D. Untuk mengatasi keseimbangan negatif kalsium akibat menopause, maka kadar PTH akan meningkat pada wanita menopause, sehingga osteoporosis akan semakin berat.



b. Patogenesis Osteoporosis Tipe II
Pada dekade kedelapan dan sembilan kehidupan, terjadi ketidakseimbangan remodeling tulang, di mana resorpsi tulang meningkat, sedangkan formasi tulang tidak berubah atau menurun. Hal ini akan menyebabkan kehilangan massatulang, perubahan mikroarsitektur tulang, dan peningkatan risiko fraktur yang independen terhadap BMD. Penyebab penurunan fungsi osteoblast pada orang tua, diduga karena penurunan kadar estrogen dan IGF-1.
Defisiensi kalsium dan vitamin D juga sering didapatkan pada orang tua karena asupan kalsium dan vitamin D yang kurang, anoreksia, malabsorbsi dan paparan sinar matahari yang rendah. Akibat defisiensi kalsium, akan timbul hiperparatiroidisme sekunder yang persisten sehingga akan semakin meningkatkan resorpsi tulang dan kehilangan massa tulang, terutama pada orang-orang yang tinggal di daerah 4 musim.
Defisiensi estrogen, ternyata juga merupakan masalah yang penting sebagai salah satu penyebab osteoporosis pada orang tua, baik pada laki-laki maupun perempuan. Demikian juga kadar testosterone pada laki-laki. Defisiensi estrogen pada laki-laki juga berperan pada kehilangan massa tulang. Estrogen pada laki-laki berfungsi mengatur resorpsi tulang, sedangkan estrogen dan progesterone mengatur formasi tulang. Kehilangan massa tulang trabecular pada laki-laki berlangsung linier, sehingga terjadi penipisan trabekula, tanpa disertai putusnya trabekula seperti pada wanita. Penipisan trabekula pada laki-laki terjadi karena penurunan formasi tulang, sedangkan putusnya trabekula pada wanita disebabkan karena peningkatan resorpsi yang berlebihan akibat penurunan kadar estrogen yang drastis pada waktu menopause.


Dengan bertambahnya usia, kadar testosterone pada laki-laki akan menurun sedangkan kadar sex hormone binding globulin (SHBG) akan meningkat. Peningkatan SHBG akan meningkatkan pengikatan estrogen dan testosterone membentuk kompleks yang inaktif.
Penurunan hormone pertumbuhan (GH) dan IGF-1, juga berperan terhadap peningkan resorpsi tulang. Tetapi penurunan kadar androgen adrenal (DHEA dan DHEA-S) ternyata menunjukkan hasil yang kontroversial terhadap penurunan massa tulang pada orang tua.

Mekanisme Nyeri panggul kiri
Nyeri panggul pada kasus ini disebabkan oleh karena fraktur yang terjadi akibat jatuh terduduk sehingga menyebabkan kompresi pada tulang vertebrae. Ketika sebuah tekanan mengenai tulang dan kekuatan tersebut tidak dapat diabsorbsi oleh tulang, tendon dan otot maka terjadi fraktur. Pada saat tulang fraktur periosteum dan pembuluh darah di kortex, sumsum tulang dan jaringan lunak sekitar menjadi rusak.Perdarahan terjadi dari ujung yang rusak dan dari jaringan lunak sekitar (otot).Kemudian hematom terbentuk dalam medullary canal, antara ujung daerah fraktur dan dibawah periosteum.Jaringan tulang dengan segera mendekatkan kepada daerah tulang yang mati. Jaringan nekrotik ini menstimulasi respon imflmasiditandai dengan vaso dilatasi, eksudasi plasma, lekositosis dan infiltrasi dari sel darah putih kemudian mengakibatkan penekanan saraf dan otot yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman, nyeri pada seseorang dan juga terjadinya spasme otot yang dapat menimbulkan kontraktur sehingga akan menimbulkan gangguan mobilitas fisik dan gangguan integritas pada kulit.

Hubungan pekerjaan sebagai tukang jahit
Makin lama seseorang duduk maka ketegangan otot dan keregangan ligamentum khususnya ligamentum longitudinalis posterior makin bertambah, khususnya dengan duduk membungkuk. Sebagaimana diketahui ligamentum longitudinalis posterior memiliki lapisan paling tipis setinggi L2-L5. Keadaan ini mengakibatkan daerah tersebut lebih sering terjadi gangguan. Duduk yang lama menyebabkan beban yang berlebihan dan kerusakan jaringan pada vertebra lumbal. Posisi duduk meningkatkan tekanan pada diskus intervertebralis sebesar 30%. Menurut teori tekanan diskus intervertebralis pada saat duduk tegak mencapai 175, dan bila duduk dengan posisi batang tubuh membungkuk tekanannya mencapai 200.

Hubungan tidak suka minum susu
Susu mengandung kalsium yang tinggi dan sangat berguna untuk pertumbuhan tulang. Kadar kalsium sangat dipengaruhi oleh hormone paratiroid (PTH). Apabila PTH meningkat maka kalsium di dalam darah juga akan meningkat, begitu pula sebaliknya. Disini Ny. Tuti kekurangan asupan kalsium yang akan membuat terjadinya hipokalsemia. Hal ini pula akan memicu peningkatan hormone paratiroid sebagai kompensasi. Hormone paratiroid bekerja meningkatkan kalsium dalam darah dengan cara meningkatkan resorpsi kalsium dalam tulang yang akan memperburuk keadaan tulang.
Pemeriksaan kepadatan tulang pusat perbelanjaan, t score = -2,8

Keterangan
T score
Normal
T ≥ -1
Penurunan massa tulang (osteopenia)
-2,5 < T < -1
Osteoporosis
T < -2,5
(tanpa riwayat fraktur osteoporosis)
Osteoporosis berat
T < -2,5
(dengan fraktur osteoporosis)
                                                                                             
Perlu ditekankan, pemeriksaan ini kemungkinan menggunakan alat densitometry quantitative ultrasound, dimana alat ini merupakan alat yang tidak bias dijadikan patokan untuk menegakan diagnosis osteoporosis. Gold standar untuk menegakan diagnosis osteoporosis adalah densitometry X ray absorpsiometry. Sehingga pasien ini belum bias dipastikan osteoporosis, hanya saja suspect osteoporosis berdasarkan factor resiko serta fraktur yang dialami Ny. Tuti ini.

Mekanisme bungkuk
Osteoporosis merupakan salah satu penyebab kifosis yang paling sering terjadi pada orang dewasa dan lebih banyak terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki. Tulang belakang yang rapuh dan lemah merupakan penyebab utama dari masalah ini. Hal ini dapat mengakibatkan tulang belakang mengalami fraktur kompresi, terutama pada wanita pasca menopause di atas usia 50 tahun. Fraktur kompresi paling banyak terjadi pada bagian depan tulang belakang, yang menyebabkan bagian depan tulang runtuh dan menciptakan tulang belakang berbentuk baji dan menciptakan postur tubuh membungkuk atau kifosis, atau punuk dowager.

Hubungan IMT (<18,5) / rendah dengan osteoporosis
Berdasarkan penelirtian IMT <18,5 meningkatkan resiko berkurangnya masa tulang yang akan berkelanjutan terjadinya osteoporosis. Diduga mekanisme hal ini karena orang yang memiliki berat badan berlebih akan memiliki lemak yang tinggi. Pada wanita penghasil hormone estrogen tidak hanya dari ovarium melainkan jar lemak/sel adipose dan kelenjar adrenal. Jaringan lemak dapat merubah hormone androgen menjadi hormone estrogen. Namun jika berat badan kurang maka hormone estrogen juga akan berkurang sehingga memicu terjadinya osteoporosis.

Diskrepansi tungkai / tungkai kiri lebih pendek dari tungkai kanan
Bagian paha yang patah lebih pendek dan lebih besar dibanding dengan normal serta fragmen distal dalam posisi eksorotasi dan aduksi karena empat penyebab:
1)      Tanpa stabilitas longitudinal femur, otot yang melekat pada fragmen atas dan bawah berkontraksi dan paha memendek, yang menyebabkan bagian paha yang patah membengkak.
2)      Aduktor melekat pada fragmen distal dan abduktor pada fragmen atas. Fraktur memisahkan dua kelompok otot tersebut, yang selanjutnya bekerja tanpa ada aksi antagonis.
3)      Beban berat kaki memutarkan fragmen distal ke rotasi eksterna.
4)      Femur dikelilingi oleh otot yang mengalami laserasi oleh ujung tulang fraktur yang tajam dan paha terisi dengan darah, sehingga terjadi pembengkakan

Penurunan tinggi badan
Hal ini dikarenakan Ny. Tuti yang semakin bertambah usia semakin bungkuk sehingga menjadi pendek.

Mekanisme fraktur kompresi à akan menyebabkan terjadinya kifosis


Fraktur kompresi vertebra adalah suatu keretakan pada tulang belakang yang disebabkan oleh tekanan, tindakan menekan yang terjadi bersamaan. terjadi jika berat beban melebihi kemampuan vertebra dalam menopang beban tersebut, seperti pada kasus terjadinya trauma.Pada osteoporosis, fraktur kompresi dapat terjadi gerakan yang sederhana, seperti terjatuh pada kamar mandi, bersin atau mengangkat beban yang berat.
Trauma pada kasus ini tergolong dalam trauma kompresi vertikal (aksial), suatu trauma vertikal yang secara langsung mengenai vertebra yang akan menyebabkan kompresi aksial. Nukleus piulposus akan memecahakan permukaan serta badan vertebra secara vertikal. Material diskus akan masuk dalam badan vertebra dan menyebabkan vertebra menjadi rekah (pecah). Pada trauma ini elemen posterior masih intak sehingga fraktur yang terjadi bersifat stabil


0 komentar:

Posting Komentar